—jeaolus


Images

“Lain kali kalo dapet cowo tuh harusnya ospek sama gue dulu!”

Suara lantangnya samar oleh bising klakson truk yang lewat. Ghaly menghela napas kasar—seharusnya ia tidak berseru di tempat umum.

Ghalya tersenyum getir. Jemarinya yang daritadi bermain tali jaket sontak berhenti. Pikirannya masih terbayang perihal sore tadi. Ketika ia baru sadar kalau Yohan—pacar pertamanya—tidak sebaik yang ia kira. Iya, pemuda itu pandai main patgulipat di belakangnya.

Ghaly benar. Semestinya, ia menuruti larangan kakaknya. Tapi Ghalya juga tidak bisa percaya begitu saja. Peringatan Ghaly waktu itu memang tak masuk akal.

Pintu kaca berderit—seseorang baru saja menarik daun pintu. “Nih,” ucap Ghaly sembari menaruh susu kotak full cream di atas telapak tangan Ghalya.

“Eh? Makasih.” Bahunya spontan meringkuk ketika dingin mendarat di permukaan tapak tangannya. Susu kotak kesukaan yang baru saja dibeli Ghaly agak beku.

Stop pikirin orang yang bikin lo sakit hati.” Ghaly membuyarkan lamunan. Kakaknya semakin berucap, “Pikirin diri lo sendiri, pikirin masa depan lo dulu, gak ada yang lebih penting dari diri lo sendiri. Jadiin pelajaran, jangan cuma diem aja, jangan jatuh ke orang yang salah lagi.”

Ghalya tersenyum masygul. Sekali lagi, ucapan Ghaly membuatnya terhenyak.

Senyum Ghalya memudar, pikirannya mendadak teringat sesuatu. “Lo yang bikin Yohan babak belur, ya?”

“Eh? Lo ... tahu?”

“Nggak usah segitunya. Gue nggak apa-apa.”

“Nggak apa-apa gundulmu! Nangis sampe mata bengkak gitu masih bilang nggak apa-apa?”

“Luka yang dia dapet gak sepadan sama luka adek perempuan yang gue jaga.”

Ghaly menang telak. Ghalya tak bisa menyembunyikan rasa sakitnya lagi. Memang selalu begitu, hanya Ghaly yang memahami perasaan tersiratnya.

“Lo kenapa nggak pacaran?” Ghalya menoleh, menatap Ghaly. Mengganti tema percakapan tiba-tiba.

Kopi panas yang sedang diseruput menyembur ketika mendengarnya. “Tiba-tiba amat?” tanya Ghaly sedikit batuk.

“Jawab ajaa.”

“Prioritas Abang itu jagain adeknya. Jadi, lo kudu cari pacar yang bener dulu! Biar lo ada yang jagain dan gue bisa pacaran.”

“Ngaco lo. Bilang aja gak ada yang mau sama lo!” Tawanya menguar, wajah masam Ghaly membuatnya terbahak.

“Nanti lo cemburu kalo gue pacaran?” goda Ghaly dibarengi wajah tengilnya.

“Dih? Lo kali! Tiap gue sama Yohan, lo chat gue mulu!”

Ghaly hanya membalas dengan kekehan kecil. Ghalya benar, kakaknya memang cemburu.