Our first ....?


cw // kiss

Yanggi mengajak Ramona menuju arena bowling, diam-diam meninggalkan teman-temannya. Ia tidak suka ada yang menganggunya berpacaran. Sebenarnya Yanggi menolak mentah-mentah ajakan Abun, tapi Ramona bersikeras ingin ikut, katanya agar lebih dekat dengan teman-teman Yanggi.

Kali kedua sejak pertama kalinya mereka datang ke tempat ini. Hari dimana keduanya saling mengutarakan perasaan.

“Our first date?”

“Iya, sebulan yang lalu?”

“Loh? Inget? Gue lupa tuh?”

“Dasar,” Ia terkekeh, kepalan tangannya menjitak pelan kening Ramona.

“Gimana kalooo ... taruhan?” tawar Ramona, “kalo gue dapet strikes tiga kali, traktir es krim seminggu!”

“But if i get three strikes, i get kiss you.”

Ramona tersedak air soda yang tengah ia minum. Matanya membelalak, tidak percaya dengan ucapan kekasihnya barusan.

“Kenapa? Gak bisa nerima kalo kalah? Katanya harus sportif?”

“Gak ada hubungannya ya!” Ramona menghela napas, menerima dengan pasrah tawaran Yanggi. “Okay ... let's see if you get it!”

Yanggi bersiap melemparkan bola pertama, mengambil jarak sekitar empat langkah dari garis batas lane. Dengan perhitungan, ia meluncurkan bola dari genggamannya, menciptakan satu strikes yang mulus.

“See?” Yanggi terkekeh, membuat gadis di sampingnya memutar bola mata malas.

Satu kali lemparan lagi, ia akan mendapat 'hadiah' miliknya. Lemparan kedua tadi juga sukses total, sepuluh pin yang tertata rapi runtuh seketika. Kini sorot matanya lebih fokus, postur tubuh juga lemparan dipikirkan dengan matang, tangannya diayunkan bersamaan dengan melepaskan bola.

Boo! gak bisaaa!” Ramona menjulurkan lidahnya, mengejek Yanggi yang hanya merobohkan lima pin di depan.

“Sekali lagi kalo spare, cium okay?”

“Yaaa emang bisa?” Ramona melipat tangannya di depan dada. Yakin saja semoga kesialan mendatangi Yanggi.

Di kesempatan terakhir, bola itu menggelinding di atas papan kayu, berjalan lurus mendekati lima pin yang belum roboh. Yanggi menahan napas, bola itu mengenai empat pin yang berkumpul di sebelah kanan, akan tetapi tidak mengenai sebuah pin di sisi kiri.

Namun, keberuntungan datang kapan saja, sedetik setelah bola menjatuhkan keempat pin, salah satu pin terlempar mengenai sebuah pin yang tersisa.

Mulutnya langsung bungkam. Ia agak sebal melihat raut wajah Yanggi yang sombong karena berhasil menciptakan spare. Ramona menyesal, seharusnya ia tidak mengijinkannya melakukan spare—menjatuhkan seluruh pin pada percobaan kedua.

“Come here, baby.”

“HAHAHAH! JULID AMAT MUKA LU,” tawa Yanggi melihat raut wajah Ramona yang terlihat geli.

Yanggi tidak pernah memanggilnya dengan sebutan sayang, babe, atau yang lain. Hanya memanggil Ram seperti biasa, terkadang saat membutuhkan Ramona saja panggilan itu disebutkan. Bahkan menggunakan aku-kamu juga tidak pernah. Jika dilihat sekilas, mereka lebih cocok disebut teman dekat daripada pacar.

Tawanya mereda. Sekarang, langkahnya mendekati Ramona perlahan. Mata gadis itu mengerjap—membatin apakah dirinya benar-benar akan mendapat first kiss?

Tangannya ditangkupkan pada pipi merona sang gadis, menyingkirkan helai rambut gadis itu ke belakang telinga. Matanya menatap lamat-lamat, mulai mendekati bibir merah Ramona.

Gadis itu memejamkan mata, menahan napas dengan dada yang hampir meledak. Jantungnya berdetak lebih kencang.

“Belum nikah, ngapain merem?”

“YANGGI!!”

Yanggi tertawa keras, ia sampai tidak kuat berdiri karena tawanya itu. Untung saja tidak banyak pengunjung malam ini, kalau tidak, Ramona akan menyumpal mulutnya sekarang juga.

Cup!

Kecupan itu datang tiba-tiba, tanpa aba-aba. “Udah ya? lunas,” ucap Yanggi dengan senyum yang terukir.

Wajahnya berubah merah mirip kepiting rebus. Ini hanya kecupan di pipi, tapi wajahnya benar-benar merah karena ulah Yanggi.

“Tuh kan udah di-chat Zara, yuk buru!” Ia menyalakan ponselnya, pura-pura mendapat pesan yang masuk dari kekasih Abun.

“Lain kali mau taruhan lagi?”

“GAK!”

“HAHAHAHAH!”